LGBT Lebih Rentan Terkena Narkoba dan HIV AIDs, Mental Illness Jadi Penyebabnya

HARIANE SEMARANG – Kelompok LGBT, yang terdiri dari individu lesbian, gay, biseksual dan transgender, memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap penggunaan narkoba dibandingkan dengan individu yang berorientasi seksual normal.

Salah satu faktor utamanya adalah kecenderungan umum di kalangan LGBT untuk mengalami tekanan mental atau gangguan mental.

Pergulatan dalam identitas dan kekhawatiran terhadap pandangan sosial dapat menciptakan ketidakstabilan mental pada individu LGBT, yang membuat mereka sulit menemukan kedamaian batin, rentan terhadap depresi, dan stres.

Akibatnya, banyak dari komunitas LGBT yang mengalami ketidakstabilan mental cenderung menggunakan narkoba sebagai pelarian untuk mencapai ketenangan dan mengatasi gejala depresi.

Penggunaan narkoba di kalangan komunitas LGBT ini semakin meningkat. Sebuah jurnal akademis dari Universitas Hasanudin (Unhas) Makassar yang ditulis oleh Indra Fajarwati Ibdu dan rekan menyimpulkan bahwa semua lesbian menggunakan obat-obatan dalam lingkungan komunitas mereka, dengan Somadril dan Karnopen sebagai obat yang sering digunakan.

Penelitian menunjukkan bahwa lesbian mendapatkan informasi mengenai narkoba dari teman dan pasangan mereka. Teman atau pasangan yang telah lama menggunakan narkoba menawarkan obat-obatan tersebut serta memberikan petunjuk bagaimana mendapatkannya.

Fenomena serupa juga terjadi di kalangan komunitas gay. Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) DIY, lingkungan di dalam komunitas gay menjadi tempat mereka mengonsumsi tramadol dan somadril secara bersama-sama saat berkumpul.

Ichsan Muttaqin