Tradisi Weh-wehan di Kendal: Identitas Lokal yang Miliki Nilai Historis dan Religi

Persiapan yang dilakukan adalah mempersiapkan jajanan yang akan disajikan dan ditukarkan ketika tradisi weh-wehan dimulai. Hal ini telah diteliti oleh berbagai universitas, salah satunya Universitas Negeri Semarang dan Universitas Islam Negeri Walisongo.

Biasanya yang melakukan pertukaran jajanan adalah anak-anak, remaja dan dewasa baik laki-laki maupun perempuan.

Jajanan yang dipersiapkan mulai dari jajanan khas Kaliwungu, yaitu Sumpil hingga jajanan modern seperti bakso, siomay, mie ayam, mie instan dan snack siap saji.

Sumpil merupakan makanan khas dari tradisi weh-wehan yang terbuat dari beras dan dibungkus menggunakan daun bambu lalu dibentuk segitiga.

Proses pembuatan sumpil ini sama seperti cara membuat ketupat dan lontong, yang membedakan adalah daun yang digunakan untuk membungkus sumpil adalah daun bambu serta bentuk dari sumpi.

Sumpil ini berbentuk segitiga. Bentuk dari segitiga tersebut diambil dari filosofi bahwa hubungan manusia meliputi hubungan dengan sesama (hablumminannas), hubungan dengan Tuhan (hablumminallah) dimana kedua hal tersebut sebaiknya berjalan secara seimbang.

Tradisi Weh-wehan dan Filosofinya bagi Masyarakat

Filosofi tradisi Weh-wehan
Filosofi tradisi Weh-wehan. (Foto: Youtube/SMP NU 3 Kaliwungu)

Tradisi ini bukan sekedar warisan akan tetapi merupakan salah satu ungkapan dan wujud syukur dari masyarakat Kaliwungu, dari tradisi Wewehan ini bisa dilihat pula keceriaan, kehangatan, serta sikap kekeluargaan yang muncul dalam tradisi Wewehan ini.

Rizky Riawan