Tradisi Weh-wehan di Kendal: Identitas Lokal yang Miliki Nilai Historis dan Religi

Hal tersebut menjadi filosofi dalam pembuatan makanan khas sumpil. Kemudian cara menyajikan sumpil ini dilengkapi dengan parutan kelapa yang dicampuri dengan gula jawa sehingga menjadi sambal kelapa.

Jajanan sumpil ini masih digemari masyarakat Kaliwungu. Tradisi weh-wehan merupakan implementasi dari bentuk hablum mina Allah dan hablum mina al-nas.

Sebagai umat muslim, persaudaraan (ukhuwah) merupakan hal yang amat penting. Karena dalam Islam sendiri mengajarkan tentang kerukunan dan menghindari permusuhan.

Menjaga ukhuwah itu sama saja menjaga tali silaturrahmi. Adanya tradisi weh-wehan di Kaliwungu ini tentunya bagi masyarakat Kaliwungu terdapat perbedaan dari segi ukhuwah, antara sebelum adanya tradisi weh-wehan dan setelah adanya tradisi weh-wehan.

Jikalau dahulu kondisi masyarakat bagi yang miskin yang belum bisa makan, itu tidak bisa makan sedangkan yang merasa lebih sampai kelebihan makanan.

Sejak adanya weh-wehan ini masyarakat menjadi merata. Apabila dulu terasa kurang kental segi sosialnya, sekarang lebih peka kepedulian sosialnya.

Tradisi weh-wehan juga mempunyai banyak pengaruh dalam masyarakat Kaliwungu, diantaranya: aqidah yaitu hubungan antara manusia satu dengan yang lain, pendidikan yaitu sikap kesederhanaan, ekonomi yaitu keuntungan para pedagang dalam jual beli makanan, dan sebagainya.

Tradisi ini merupakan tradisi yang sudah dikonsumsi oleh masyarakat. Hal ini sudah menjadi regulasi yang wajib dilaksanakan pada bulan Maulid.

Ketika ada satu rumah yang tidak melaksanakan hal ini, biasanya masyarakat akan memandang kurang baik pada anggota keluarga tersebut.****

Rizky Riawan