5 Tempat Wisata Religi di Kota Semarang, Punya Sejarah Menarik dan Kebudayaan yang Tinggi

Berdiri sekitar 1802, Masjid Layur atau lebih dikenal masyarakatnya dengan sebutan Masjid Menara Kampung Melayu adalah bukti nyata Akulturasi dapat berkembang dengan baik di Semarang. 

Masjid Layur di Kota Semarang
Masjid Layur di Kota Semarang. (Foto: Youtube/Semarang Pemkot)

Peradaban yang beragam hidup di sekitar lingkungan masjid, selain masyarakat melayu yang tentu telah lebih dulu tinggal di sana.

Sekitar tahun 1743, terdapat pedagang-pedagang dari Yaman, Pakistan, dan Muslim India yang menetap di sekitar Kampung Melayu. 

Kunci berdirinya masjid tersebut adalah adanya orang-orang muslim timur tengah yang hidup di sana, berdampingan dengan masyarakat melayu. 

Saudaga-saudagar Arab tersebut berdagang dan menyiarkan agama Islam di Kota yang berjuluk Kota Atlas. 

Sejak berdirinya Masjid Layur tidak ada pertentangan diantara masyarakat, baik secara ritual atau perbedaan agama. 

Masyarakat sekitar lingkungan Masjid justru sangat mendukung adanya perbedaan. 

Ketika ada acara seperti Tarbiyah, masyarakat secara sukarela memberikan jamuan atau sajian, sebagai wujud rasa “memiliki” terhadap masjid menara. 

Dalam sajian tersebut terdapat akulturasi, yaitu banyaknya percampuran resep dari suku Jawa dan Arab.

Masyarakat juga disatukan dengan adanya beberapa etnis yang melebur oleh pernikahan. 

Masih banyak keturunan etnis Bugis, Madura, Banjar, dan Arab, sebagai penanda bahwa mereka telah beranak-pinak seiring sejarah Masjid Layur bergulir.  

Faktor budaya dan kesejarahan di Masjid Layur membuat orang-orang tertarik menggali informasi, silih berganti berdatangan baik sebagai wisatawan maupun peneliti. 

Rizky Riawan