5 Tempat Wisata Religi di Kota Semarang, Punya Sejarah Menarik dan Kebudayaan yang Tinggi

Nista Mandala merupakan bangunan terdepan pura yang bersifat nista atau jelek, tempat beberapa bangunan seperti kamar mandi umum, kantin, hingga tempat parkir. 

Sementara Madya Mandala merupakan area tengah, sebagai ritus sosial dan digunakan untuk tempat pertemuan, olahraga, berkesenian, rapat, diskusi agama dan lain sebagainya. 

Kemudian yang terakhir, Utama Mandala yakni sebagai tempat yang paling disucikan dan digunakan untuk area beribadah. Ketiganya memiliki fungsi yang berbeda. 

Arsitektur bangunan tersebut melebur dengan konsep sosial yang ada pada masyarakat lokal dan ritus keagamaan. 

Pembangunan Pura ini mengikuti persamaan budaya dengan unsur lokal budaya Jawa, tidak selengkap di Bali tempat umat Hindu mendominasi di Indonesia. 

Bangunan Tugu yang menjadi penanda tempat masuk, merupakan semi kebudayaan Bali dan Jawa. Tugu tersebut dibuat lebih ramping, dan memiliki ciri khas budaya Jawa. 

Selain itu, bangunan yang ada di dalam Pura tidak diukir seperti yang ada di Bali melainkan menggunakan “Lelengisan”, sebagia ciri khas unik Pura Agung Giri Natha. 

Bahkan, ada sanggar seni tari nusantara yang mempelajari tarian-tarian dari seluruh Indonesia. Tempat wisata religi di Kota Semarang yang nyaman untuk dikunjungi.

Penerimaan tentang perbedaan juga jadi salah satu bentuk akulturasi di Pura Giri Natha. Masyarakat di sekitar Pura tetap menjalin keakraban dengan umat Hindu yang beribadah di Pura.

Para pedagang dan juga pegawai yang ada di Pura tentunya tidak hanya berasal dari umat Hindu, melainkan percampuran dengan masyrakat setempat. 

Rizky Riawan